Beranda

Senin, 17 Oktober 2011

Yuk,,kita berkenalan dengan Karinding.......

Awalnya, saya tidak tahu apa itu karinding, sebelum teman-teman dari Bandung memperkenalkan alat musik ini. Awalnya heran, bingung, sekaligus takjub.....hanya berupa potongan bambu berukuran panjang sekitar 10 cm tp bisa menghasilkan suara yang khas. Awalnya sangat sulit memainkannya, tapi sesuai dengan filosofisnya "sabar, sadar,yakin" akhirnya saya bisa memainkannya. Ketertarikan saya dengan karinding membawa saya untuk lebih menggali mengenai alat musik ini,,,akhirnya saya dengan teman-teman dari grup Karinding Militan (KARMILA) mencoba mendatangi salah satu tokoh seniman karinding, yaitu Abah Olot di daerah Parakan Muncang. Dari beliau saya mendapatkan pelajaran bagaimana sejarahnya dan cara memainkannya.

Abah Olot, seniman karinding

Dari beberapa sumber mengatakan bahwa karinding adalah sebuah alat yang digunakan orang tua dulu sebagai alat untuk mengusir hama di sawah. Alat ini konon telah digunakan orang tua (karuhun) sejak jaman sebelum ditemukannya Kacapi (Kecapi) sedangkan usia kecapi itu sendiri sudah mencapai lebih dari lima ratus tahun yang lalu. Jadi, diperkirakan alat ini berumur lebih dari 600 tahun. Dalam konteks manusia dewasa, karinding kemudian juga dijadikan alat untuk menyatakan cinta. Sang pria yang hendak melamar perempuan pujaan kemudian melantunkan lagu Adu Liang yang nantinya dibalas oleh sang calon pasangan dari dalam rumah. Pada tahap selanjutnya sang lelaki akan masuk ke dalam rumah dan disuguhi minum air di dalam entik (wadah air dari batok kelapa) sampai habis. Apabila orang tua setuju, entik yang habis itu akan diisi kembali dengan air.

  alat musik karinding

Menurut Abah Olot, upaya untuk melestarikan alat musik tradisional karinding dan budaya Sunda adalah amanah orang tua yang sekaligus merupakan warisan bagi generasi muda untuk tetap “panceug dina galur, yen jati teh tong kasilih ku junti” dan konsisten dengan jati diri.
Setelah mengenal karinding lebih mendalam, saya mencoba memperkenalkannya ke murid-murid di tempat saya mengajar. Ada beberapa murid yang kemudian tertarik, belajar, sampai akhirnya membentuk sebuah grup karinding. Awalnya hanya tampil di acara perpisahan sekolah, dikolaborasikan dengan alat musik modern.


 kolaborasi karinding dengan alat musik modern dalam acara perpisahan sekolah

Melihat fenomena bahwa karinding mulai dikenal khususnya di kalangan generasi muda, maka saya berinisiatif untuk membuat komunitas yang konsen di bidang pelestarian seni karinding. Maka pada tanggal 1 September 2011 bertepatan dengan HUT Kota Kuningan berdirilah LINGKAR (Lingkung Seni Karinding) Kuningan. Sampai saat ini LINGKAR masih beranggotakan para pelajar SMA/SMK yang konsisten mengembangkan seni karinding. Tidak menutup kemungkinan komunitas ini akan berkembang lebih luas ke depannya.

  logo komunitas LINGKAR Kuningan

Dengan melestarikan seni karinding, yang merupakan salah satu warisan budaya Sunda, bisa menjaga eksistensi seni tradisi yang mulai terkikis oleh arus modernisasi. Seperti kata Abah Olot "PANCEG DINA GALUR, YEN JATI TONG KASILIH KU JUNTI".

Ditulis Oleh : Arief M. Firmansyah, S.Pd.

1 komentar: